Pendakian Pulosari

Kawah 11

Pulosari…. Oh.. pulosari……
Gunung indah di daerah mandalawangi kabupaten pandeglang propinsi banten ini, terletak pada segitiga Bermuda diantara gunung karang dan gunung aseupan. Bisa terlihat dari seluruh wilayah banten, dengan tinggi menjulang seolah-olah ingin menembus langit, he… puncak kadang tak terlihat karena di selimuti kabut yang lumayan tebal, menambah indahnya kolaborasi warna gunung antara hijau kebiru-biruan dengan warna putih menghampar.

Meruntuhkan ambisi bermodalkan percaya diri, keinginan mendaki pun harus dipenuhi. Walau ini merupakan pengalaman pertama mendaki, tapi tak akan gentar sedikitpun untuk bergeser kearah ketakutan. Haha……

Hari sabtu 30 mei 2009, berangkatlah tujuh orang “laskar metal” untuk mencoba pendakian ini. Dengan perbekalan seadanya, perlengkapan seadanya,pengalaman yang tak ada, kita putuskan untuk tetap mendaki.

Rute perjalannya cukup rumit ,beberapa kali turun naek mobil. Kita berangkat naek mobil angkot dari kampus untirta cilegon menuju kebon jahe – serang, ongkosnya sekitar tiga ribu per orang, satu jam perjalanan. Dari kebon jahe naek mobil menuju pasar pandeglang, ongkosnya sekitar lima ribu. Dan kemudian dari pasar pandeglang, naek angkot sekali lagi menuju pasar Pari melewati terminal mandalawangi. Ongkos sekitar lima ribu. Rute angkot sebenarnya sampai disitu, tak ada trayek yang langsung melewati daerah kaki gunung pulosari. Untuk itu kita sebaiknya menyewa mobil untuk sampai ke daerah pandat, daerah yang merupakan awal pendakian menuju pulosari. Di situ sudah disediakan track untuk mendaki pulosari. Untuk ongkos, tergantung nego dengan sopirnya, tapi umumnya tiga ribu saja.

Ada jalur lain sebetulnya, yang lebih ringkas. Melalui daerah ciomas, kata orang sana ini disebut “jalur tukang” yang artinya jalur motong dari belakang. Karena tak ada trayek yang langsung menuju kaki gunung otomatis kita harus sewa angkot. Biasanya tukang angkot menawarkan sekitar dua ratus ribu satu angkot, diantar sampe Pandat. Tentu mahal, kalo rombongan kita hanya sedikitan. Nah, ada triknya, pertama ikut dulu aja dengan trayek mereka, nanti setelah habis trayek mereka, baru kita nego kembali dengan sopirnya untuk dianterin ke tempat kaki gunung tersebut. Pinter-pinterlah nego disana, sekedar perbandingan biasanya sepuluh ribu perorang.
Begitulah………

Tiba di pandat, sekitar jam 5 sore. Selama perjalanan sudah terasa dingin, dan sudah terlihat menjulang tinggi dengan congkak pulosari. Apalagi saat tiba di kaki gunungnya, udara dingin ini langsung membuai kulit kita. Serasa menusuk kedalam kulit ari. Terlihat di depan kita gundukan tanah dengan dibalut pohon-pohon yang menjulang tinggi terlihat biru, seolah-olah bertanya, “ mampukah kalian yang kerdil-kerdil itu menaklukanku?? Hehe…”

Sebelum langsung mendaki, lebih dulu kita mampir kesebuah warung tepat digerbang pendakian pulosari. “warung emak”, begitu semua pendaki bilang. Mungkin semacam ritual, tanpa singgah diwarung itu, rasanya tak afdol untuk mendaki. Wanita yang sudah cukup umur, ramah dan mudah bergaul, itulah yang dinamakan emak. Entah darimana asalnya, yang jelas sepertinya bukan asli dari kampung itu. Diwarung emak kita mampir sebentar, shalat, ngopi dan sekedar berbincang-bincang. Kayaknya warung ini memang hebat, termasuk emaknya. Di dinding warung yang terbuat dari bilik bambu itu, terpasang banyak penghargaan yang diselipkan dengan menggunakan paku. Tak terhitung memang jumlahnya, dari berbagai pihak pula yang menyerahkannya, yang jelas semuanya berisikan penghargaan mengenai keramahan emak saat menerima dan membantu orang-orang yang akan mendaki pulosari tersebut. Subhanloh…. Begitu hebat ya seorang nenek tua ini,,

Cukup istirahat, pendakianpun dimulai. Tujuh orang dengan komposisi wanita dua orang ini mencoba peruntungan, “ bisa ga ya sampai dipuncaknya, hehe….”

Pendakian 3

Sekedar informasi, ada tiga tempat yang memang menjadi tujuan para pendaki. Itu berdasarkan tingkatan dari yang terendah sampai ketempat tertinggi. Begitu katanya, pertama adalah “curug putri”, air terjun yang sangat bagus, dan digunakan sebagai sumber minum oleh masyarakat daerah sekitar. Kedua adalah, “kawah pulosari”, daerah inti pendakian nomor dua dengan kepulan asap belerang di sana-sini, tapi indah dengan hamparan batuan putihnya. Daerah ketiga tentunya daerah terakhir, dan tertinggi “Puncak pas pulosari”, ditandai dengan adanya relay sensor gempa dari badan metereologi dan geofisika, dengan solar cell nya.

Satu jam perjalanan dari kaki gunung, sekitar jam setengah 7, kami sudah sampai di Curug, ada gubug kecil tempat istirahat awal disana, sekaligus tempat registrasi pendakian. Perorang dikenakan biaya Rp.4.500,- biaya perawatan gunung plus asuransi kecelakan. Sttts…sekedar bocoran itupun tergantung lobi kita, haha…. Seperti yang kami lakukan, tapi tak perlulah di umumkan berapa jadinya bayar registrasi, yang jelas kami tak punya uang.

Lagi-lagi istirahat di curug, ada sekitar 30 menit, shalat plus makan malam. Lumayan menghilangkan keringat yang deras bercucuran. Mandi keringat bukan cerita, tapi kenyataan. Lutut gemeteran, bukan pula berlebihan. Itulah kenyataannya. Beginilah orang yang baru awal naek gunung.
Pendakian dilanjutkan, dengan track yang lebih menegangkan, menaiki batu-batuan setapak demi setapak dengan sudut kemiringan sekitar 50 derajat. Lumayan…. Istirahat beberapa kali, saling dorong, saling tarik, bahu membahu untuk mendaki. Sudah tak begitu peduli tentunya dengan penampilan yang sangat sudah acak-acakan,, Iring-iringan mendaki jalan yang sempit. Untung saja, selalu ada motivasi yang membuat kita tidak menyerah, FOTO-FOTO disetiap kesempatan.
Sekitar satu jam setengah, pukul setengah Sembilan malam. Sudah tercium bau belerang yang menyengat diantara dingin yang menyayat. Tandanya, sudah sampailah kami di kawah pulosari.

Tenda 3

Kata pertama yang muncul adalah, Kerennnnn…………….!!
Kepulan asap, yang keluar dengan hamparan batuan putih ditengah malam sungguh indah untuk dirasakan. Rasa capek yang memang tadi sudah terasa di ujung kepala, hilang entah kemana, digantikan dengan perasaan kagum yang mengharu biru.
Kita putuskan untuk bermalam dikawah, sebelum melanjutkan kembali pendakian. Tenda kami dirikan di bawah kawah, disamping air yang mengalir. Dingin, ditambah hujan yang kemudian mengguyur. Tapi disitu serunya, bergumul-gumul seperti anak kucing diketiak induknya, kami bertujuh tidur bertujuh dibawah tenda yang kecil.

Besoknya, sekitar jam 11 siang, pendakian dilanjutkan menuju puncak pas. Ini pendakian terberat dari yang lainnya, melalui jalur yang vertikal sekitar 85 derajat kemiringan, dengan batu-batu besar dan semak belukar, ditambah pohon pandan yang berduri, kami merangkak setahap demi tahap menaiki pulosari. Tentu sudah tak terceritakan lagi berapa keringat yang telah mengucur, berapa botol air yang telah habis, dan berapa kali beristirahat. Kami terus mendaki, dengan satu tekad kuat untuk sampai di puncak. Saat itu, tak ada perbedaan laki-laki dan perempuan, semuanya sama dalam kesulitan yang sama tanpa ada penspesialan. Bahu membahu untukmencapai PUNCAK.
Akhirnya, dengan perjuangan berdarah-darah, sampailah di puncak. Tentu tak tergambarkan keindahannya, berada di daerah paling tinggi di Banten, puncak pulosari. Tak ada lagi kata-kata yang perlu diucapkan secara berlebihan. Selain berucap….
Subhanalloh… maha suci Allah,,,

Puncak pulosari “ laskar Metal”

Akhirnya, kami berhasil mendaki puncak Pulosari. Terimakasih ya Allah,,“Laskar metal” pun telah sampai dan menaklukan GUNUNG PULOSARI. Pengalaman pertama yang mendebarkan,. Fuad, Trian, Bunga, ika, Dwi, rama dan saya pun akhirnya berhasil menaklukannya. Bravo…!!!!
****

Perjalanan pulang, kita melewati jalur yang sama. ( Hanya saat turun dari puncak saja yang mngembil jalan yang agak landai, memutar punggung gunung, tidak terlalu vertikal seperti tadi). Sekitar pukul 5, sudah sampai kembali diwarung emak. Dan, karena kita tak ada duit lagi, kita pulang dengan nge- BM, ikut truk yang lewat. (sebenernya ada cerita menarik saat di truk, tapi biar jadi rahasia kita saja, haha,,,,) Sekitar jam 7 malam kita sampai di kampus UNTIRTA serang. Dan melanjutkan jalan pulang ke cilegon, tempat masing-masing.
Pulosari …oh Pulosari…
Kenangan indah bersamamu akan selalu ku kenang indah di dasar jiwaku, dan takkan lekang oleh waktu….
**

Tentang Riki Gana S

Keep Live Balance!
Pos ini dipublikasikan di BERANDA. Tandai permalink.

9 Balasan ke Pendakian Pulosari

  1. nida berkata:

    aku bulan kemarin ke gunung Pulosari juga. Keren abis……………. 😀

  2. dhika arya berkata:

    tgl 1 jnari w mw naek k pulosari…
    doa’n yua kwan.
    slam rimba……

  3. ika berkata:

    hey… akuh seneng bgt nih…
    pas lg search gunung karang, eh di gugelnya nongol poto kitah yg di pulosari…..!!!

    hahahhahah

    langsung dah pamer ke mamah sayah…!!! hahaha

    tq ya partner.. gud job! hehehe

  4. Rq dwi sibajo berkata:

    Poto aing na mana ki??
    Wiiih,,sire mah boy!

  5. Riki Gana berkata:

    dwi : Sorry cuy, kemaren lo yang moto si ya, hehe… tar tak cari foto yang barengan lagi..

    Ika: seronok…seronok…seronok…

  6. Aru berkata:

    Shering dunx……..klo Di kawasan kawah pulosarinya bisa buat kita dirikan berapa tenda ya bro/sis…???

    Thx

  7. Ari berkata:

    Halo, sy dari Cilegon mau ke gunung Pulosari tapi blm tau Trek nya.
    bisa tolong kasih Pencerahan: naik dari mana,ada kontak person orang sana yg bisa di hub buat nemenin ke gunung nya.
    kmarin sempet ngobrol2 dgn orang di warung daerah mandalawangi, kata nya paling deket naik dari kampung Ciletung.
    Tlg Info nya ya,atau kalo ada Trip lg bisa bareng.
    trims

Tinggalkan Balasan ke Rq dwi sibajo Batalkan balasan